Tuesday, February 19, 2019

Kendaraan Listrik Merupakan Solusi Untuk Kurangi Ketergantungan Energi Fosil

Ilustrasi Mobil Listrik. | Sumber : srivijaya.id

Seiring dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang ingin membumikan energi berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang sejalan juga dengan road map pengembangan industri otomotif nasional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Indonesia pun disebut-sebut akan fokus mengembangkan mobil dan motor listrik nasional.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto mengatakan pemerintah pada tahun 2025 juga telah membidik 2 juta unit untuk populasi motor listrik.

"Targetnya tahun 2025, populasi mobil listrik diperkirakan tembus 20 persen atau sekitar 400.000 unit dari 2 juta mobil yang diproduksi di dalam negeri,” ungkap Harjanto (19/2/2019).

Pemerintah telah menyiapkan langkah strategis secara bertahap, sehingga industri bisa menuju produksi mobil atau sepeda motor listrik yang berdaya saing di pasar domestik maupun ekspor. Mengingat tren global untuk kendaraan masa depan adalah yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan pengembangan kendaraan listrik sebagai komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (CO2) 29 persen di tahun 2030 sekaligus menjaga ketahanan energi, khususnya di sektor transportasi darat. 

"Sesuai yang disampaikan Presiden Joko Widodo, kendaraan bermotor listrik dapat mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta mengurangi ketergantungan kita pada impor BBM, yang berpotensi menghemat devisa kurang lebih Rp798 triliun,” ujar Menperin (19/2/2019).

Menurut Airlangga Kemenperin juga terus mendorong agar manufaktur-manufaktur otomotif di dalam negeri dapat merealisasikan pengembangan kendaraan rendah emisi atau low carbon emission vehicle (LCEV) yang terprogram dalam road map industri kendaraan otomotif.

Sementara itu, pengamat ekonomi makro dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri dalam satu kesempatan menyatakan, sejalan dengan arah menuju green economy dan mengurangi dampak lebih besar dari perubahan iklim maupun pengurangan emisi gas buang. Terlebih saat ini salah satu penyumbang gas buang terbesar adalah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. 

"Kalau ditanya siapa yang mengkonsumsi bahan bakar fosil paling besar adalah sepeda motor. Kalau ingin mengembangkan kendaraan listrik, lebih feasible jika mengembangkan sepeda motor. Selain teknologinya lebih sederhana, infrastruktur pendukungnya juga lebih mudah dibangun. Jadi tidak harus menggunakan tenaga listrik tegangan tinggi seperti pada mobil listrik,"katanya.

Faisal Basri beralasan membangun industri sepeda motor listrik merupakan hal yang dianggap paling feasible dan paling mudah terjangkau. Akan tetapi, produksi motor listrik tidak bisa simsalabim menjadi 10 juta unit melainkan produksi dilakukan secara bertahap. 

"Usul saya pengguna sepeda motor listrik diberi fasilitas untuk parkir khusus," pungkasnya.

Sumber : Akurat.co
Share:

0 comments:

Post a Comment